About

Selasa, 31 Desember 2013


PROSPEK BIDANG PETERNAKAN DI MASA MENDATANG
                            




DISUSUN OLEH :
                                       
WINDA MUFADHILA
    23010113130164
 S1 PETERNAKAN
  KELAS D


          FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2013

KATA PENGANTAR


            Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa , sehingga penulis bisa menyelesaikan tugas makalah Pengantar Ilmu dan Industri Ternak dengan judul Peran Ternak sebagai Sumber Pakan Hewani dengan baik, meskipun masih ada kekurangan.
Tujuan dari penyusunan makalah dengan judul Peranan Ternak sebagai Sumber Pakan Hewani ini adalah sebagai syarat dan tugas Ujian Tengah Semester (UTS).
Penulis ucapkan terima kasih atas terselesaikannya tugas makalah ini kepada Ir. Warsono Sarengat ,M.S. yang telah membimbing  dalam mata kuliah Pengantar Ilmu Industri Peternakan Tanpa ilmu yang telah Bapak berikan penulis tidak dapat mengerjakan makalah ini. Tidak lupa pula ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan baik secara materi maupun immateri dalam penulisan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman . Amin


                                                                                    Semarang, Desember 2013


                                                                                                Penulis



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Pembangunan peternakan semakin nyata dimana pembangunan peternakan meletakkan peternak sebagai subyek, bukan semata-mata sebagai obyek dalam mencapai tujuan. Visi pembangunan peternakan adalah mewujudkan masyarakat yang sehat, produktif dan kreatif melalui pembangunan peternakan tangguh berbasis sumberdaya lokal dengan misi penyediaan pangan dari ternak (daging, telur, susu), pemberdayaan sumberdaya manusia peternak, penciptaan peluang ekonomi dan lapangan kerja serta pelestarian/pemanfaatan sumberdaya alam. Peternak yang tangguh, mandiri dan profesional dicirikan peternak yang selalu mengikuti perkembangan iptek serta berpegang pada prinsip efisiensi dan mampu untuk tidak tergantung pada perlindungan/bantuan pemerintah tapi mampu berkompetisi secara sehat dan senantiasa siap menghadapi resiko usaha. Sumberdaya manusia peternakan adalah seluruh sumberdaya manusia yang terkait dengan dunia peternakan baik secara langsung maupun tidak langsung seperti peternak, pengusaha yang bergerak dibidang peternakan (budidaya, obat-obatan, pakan dan sebagainya), peneliti serta mahasiswa bidang peternakan yang merupakan potensi besar untuk pengembangan peternakan di masa mendatang. Peningkatan kualitas hasil-hasil pembangunan peternakan sangat tergantung kepada kualitas sumberdaya manusianya melalui pendidikan formal dan informal. Manusia memerlukan bahan pangan untuk menunjang kelangsungan hidupnya sehari-hari. Bahan pangan yang diperlukan oleh manusia tersebut dapat bermanfaat untuk membangun sel-sel tubuh dan menjaga tubuh agar tetap sehat, aktif dan produktif. Karena bahan pangan merupakan bahan yang mengandung sumber karbohidrat, protein, lemak, mineral, dan vitamin serta dapat membuat manusia tumbuh dan berkembang, mampu beraktivitas dan memelihara kondisi tubuh. Sumber pangan tersebut dapat berasal dari hewani yang terdapat pada bidang peternakan.

1.2.  Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai syarat dan tugas mengikuti Ujian Akhir Semester  (UAS) Pengantar Ilmu dan Industri Peternakan,serta untuk  mengetahui prospek dimasa mendatang di bidang peternakan dan pentingnya bidang peternakan bagi kehidupan di masyarakat.


1.3.  Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui seberapa besar prospek ke depan dalam bidang peternakan dan apa saja pentingnya ilmu peternakan dimasa mendatang.


1.4.  Tinjauan Pustaka
            Pembangunan pertanian jangka pendek tahun 2005-2009 mempunyai tiga sasaran,yakni meningkatkan ketahanan pangan,kesejahteraan petani dan pengembangan agribisnis Ketiga sasaran programini sesuai dengan permasalahan yang dihadapi di dalam negeri, antara lain kejadian rawan pangan yang semakin meluas, sebanyak 40 juta orang hidup dalam kemiskinan,dan Perkembangan agribinis yang belum mampu membangun daya saing yang tinggi dan gagal memanfaatkan keunggulan komparatif yang dimiliki. Pada sisi lain, konsumsi
pangan sebagian masyarakat yang berpendapatan menengah dan tinggi terus mengalami pertumbuhan. Indonesia terpaksa mengimporkomoditas pangan dalam jumlah relatif besar seperti beras, jagung, kedelai, daging dan
susu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Khusus subsektor peternakan yang
selama ini kurang mendapat perhatian karenapemerintah lebih fokus pada usaha peningkatan beras, mulai menggigit perekonomian nasional. Populasi ternak utama seperti sapi,kerbau dan kambing mengalami pengurasanyang terus meningkat setiap tahun. Pengurasan berkelanjutan ini mulai mengancam keberlanjutan produksi hasil ternak dalam negeri,sehingga jumlah impor terus meningkat.Statistik Peternakan pada BPS (2006) memperlihatkan
bahwa 65 persen produksi daging dalam negeri berasal dari impor. Hal ini diperlihatkan oleh peningkatan impor ayam broiler dan jumlah sapi bakalan yang akan digemukan dalam negeri yang telah mencapai angka fantastis yakni 450 ribu ekor. Dengan ketergantungan kepada ternak impor serta impor bahan baku pakan, sebenarnya Indonesia hanya mendapat nilai tambah dari tenagakerja.Pertumbuhan ekonomi Indonesia diramalkan akan terus meningkat pada tahuntahun mendatang, dan pertumbuhan ini akan memacu peningkatan konsumsi. Sektor produksi pertanian khususnya subsektor peternakan harus melakukan antisipasi peningkatan  konsumsi tersebut, terutama untuk menghindarkan pengurasan cadangan devisa untuk impor daging dan susu, kendati pemerintah sudah menetapkan bahwa Indonesia akan mencapai kecukupan (bukan swasembada)daging pada tahun 2010. Namun demikian, Indonesia masih belum mampu merumuskan arah pembangunan peternakan sehingga efektivitas programprogram pembangunan peternakan tidak belumjelas ke mana arahnya. Dalam kaitan itu khusus untuk subsektor peternakan, perlu dilahirkan suatu gagasan tentang peternakan masa depan dan langkah-langkah yang dibutuhkan untuk memujudkannya.
            Peternakan tidak henti-hentinya mendapatkan masalah, diantaranya munculnya penyakit flu burung, anthrax, penyelundupan Meat Bone Meal (MBL) dan daging, serta semakin meningkatnya harga-harga jagung dan kedelai di pasar Internasional yang menjadi bahan baku pakan. Masalah-masalah tersebut dapat mengganggu kinerja sub sektor peternakan. Maka dari itu permasalah ini adalah bagaimana cara untuk mengatasi Supply-demand produk hasil ternak, bagaimana peluang bidang peternakan di Indonesia, peluang dan tantangan peternakan di Indonesia, serta tantangan masa depan pembangunan peternakan.

Indonesia adalah negara kepulauan dengan 14.000 pulau dan populasi penduduk sebanyak 223 juta jiwa pada tahun 2006. Pertanian berperan penting dalam perekonomian Indonesia, terutama dalam menyediakan lapangan kerja dan sumber pendapatan masyarakat di pedesaan. Pada tahun 2002 pendapatan dari upah pertanian dan usahatani merebut pangsa 43% dari pendapatan keluarga, dan duapertiga dari total kesempatan kerja di pedesaan. Ditinjau dari potensi sumberdaya alam, selayaknya Indonesia mampu memenuhi kebutuhan pangan asal ternak sendiri dan malahan berpotensi menjadi negara pengekspor produk peternakan. Namun demikian, pembangunan budidaya ternak di Indonesia masih belum berhasil dalam memenuhi sebagian dari kebutuhan dalam negeri, termasuk rentan terhadap serangan penyakit hewan berbahaya. Sekarang Indonesia masih mengimpor sapi hidup sebesar 30% dan produk susu sebesar 75% dari kebutuhan konsumsi dalam negeri. Impor ternak hidup dan daging sapi semakin meningkat akibat populasi ternak sapi mengalami kemerosotan dalam dua dekade terakhir, diiringi dengan penurunan populasi kerbau yang cukup tajam dari 3,6 juta ekor menjadi 2,4 juta ekor.
Berbagai masalah pengembangan peternakan yang dihadapi di Indonesia, antara lain: rendahnya produktivitas, penyakit, manajemen, modal dan kelembagaan serta sosial-ekonomi peternakan. Berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan produksi peternakan di Indonesia, terutama untuk pengembangan ternak sapi, termasuk upaya meningkatkan mutu genetik ternak lokal dan meningkatkan produksi ternak melalui hubungan yang saling mendukung antara tanaman dan ternak.
             Indonesia sekarang merupakan negara pengimpor hasil ternak terutama daging sapi, ternak hidup, dan bibit ayam ras. Ketergantungan ini sangat mempengaruhi perkembangan peternakan dalam negeri. Impor hasil ternak yang tinggi adalah sapi bakalan dari Australia yang cenderung terus meningkat.





Tabel 1. Konsumsi Rata-rata per Kapita Setahun Beberapa Produk Peternakan di Indonesia, 2007-2011

No.
Produk Peternakan
Satuan
Tahun
Rata-rata Pertumbuhan
2007
2008
2009
2010
2011
1.
Daging Sapi
Kg
0.417
0.365
0.313
0.365
0.469
4.61
2.
Daging ayam ras
Kg
3.441
3.233
3.076
3.546
4.328
6.60
3.
Daging ayam kampung
Kg
0.678
0.574
0.521
0.626
0.626
-1.12
4.
Telur ayam ras
Kg
6.101
5.788
5.840
6.726
6.622
2.35
5.
Telur ayam kampung
Butir
5.110
4.171
3.650
3.702
3.754
-7.01
6.
Telur itik
Butir
3.024
3.129
2.868
2.503
2.816
-1.28
7.
Susu kental manis
(397 gr)
3.546
3.181
3.024
3.337
3.285
-1.61
8.
Susu bubuk
Kg
0.886
0.782
0.730
0.782
0.730
-4.49
Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (www.deptan.go.id/Indikator) dengan pengambilan data seperlunya.
Berdasarkan data konsumsi dan produksi hasil peternakan di atas, maka timbul pertanyaan sebaiknya seperti apa peternakan Indonesia masa depan?. Bentuk gagasan peternakan harus dapat menjawab beberapa tantangan yang dihadapi saat ini dan masa yang akan datang. Gagasan itu antara lain memberikan dukungan pada persediaan pangan dalam negeri, memberikan dukungan  besar bagi perkembangan industri peternakan dan pembudidayaanya, serta memanfaatkan keunggulan Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia yang ada sehingga mempunyai daya saing dalam pasar global.
Industri peternakan masa depan harus juga mempunyai pemahaman dan selalu tanggap terhadap perubahan global, antara lain perubahan iklim, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, jaminan produksi peternakan yang bermutu, dan perkembangan pasar dan ekonomi global.

1.5 Rumusan Masalah
          2.1 Apa peran pemerintah dalam prospek peternakan mendatang ?
            2.2 Bagaimana penelitian prospek mendatang dalam peternakan ?
            2.3 Bagaimana tentang hasil dan perkembangan untuk mengembangkan peternakan ?
            2.4 Bagaimana pengembangan bisnis peternakan dimasa mendatang ?
            2.5 Bagaimana prospek kedepan sektor peternakan ?
            2.6 Apa saja yg menjadi peluang tambahan dalam sektor peternakan dimasa mendatang ?


BAB II
PEMBAHASAN


2.1 Peran Pemerintah dalam prospek mendatang
          Peran pemerintah adalah memberikan pelayanan sedemikian rupa sehingga mekanisme pasar dapat bekerja. Menggerakan mekanisme pasar khususnya dalam pembangunan peternakan dalam negeri tampaknya kurang berhasil, hal tersebut terlihat pada bentuk pasar yang masih tradisional. Ada langkah tiga langkah strategis pelayanan yang harus dilakukan pemerintah.
                  Pertama, memperlakukan ternak sebagai sumberdaya. Dalam pengertian bahwa ternak dapat punah dan tidak bisa dipulihkan jika ternak habis terpakai. Karena itu pemerintah harus berupaya keras mempertahankan dan mengembangkan sumberdaya sebagai sumber pertumbuhan produksi da-ging, susu dan telur.
                  Kedua, menyediakan infrastruktur industri peternakan yaitu
            (a) Infrastruktur untuk memproduksi Hijauan Makanan Ternak (HMT).
(b) Infrastruktur untuk pemanfaatan lahan dan air
Ketiga, melakukan usaha penggendalian penyakit ternak, antara lain menjaga kesehatan ternak dan mencegah penularan penyakit di antara ternak dan manusia, serta pengendalian penyakit ternak pada masa mendatang meru-pakan isu yang sangat penting dalam perdagangan hasil peternakan dunia.
Tiga langkah strategis diatas sangat potensial untuk mengembangkan industri peternakan Indonesia.

2.2 Penelitin prospek peternakan mendatang
Peran penelitian peternakan memiliki peranan penting untuk pengembangan industri peternakan indonesia. Disamping sebagai tempat menaruh harapan munculnya penemuan-penemuan baru, penelitian peternakan juga berfungsi untuk menjaga kualitas produk peternakan yang dipasarkan sehingga mutu produk hasil peternakan tetap terjamin keamananya. Sehingga semakin banyak peluang usaha yang akan datang dalam masa mendatang dalam sektor peternakan .
2.3 Hasil dan Perkembangan di peternakan
Berdasarkan data konsumsi dan produksi hasil peternakan di atas, maka timbul pertanyaan sebaiknya seperti apa peternakan Indonesia masa depan?. Bentuk gagasan peternakan harus dapat menjawab beberapa tantangan yang dihadapi saat ini dan masa yang akan datang. Gagasan itu antara lain memberikan dukungan pada persediaan pangan dalam negeri, memberikan dukungan  besar bagi perkembangan industri peternakan dan pembudidayaanya, serta memanfaatkan keunggulan Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia yang ada sehingga mempunyai daya saing dalam pasar global.
Industri peternakan masa depan harus juga mempunyai pemahaman dan selalu tanggap terhadap perubahan global, antara lain perubahan iklim, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, jaminan produksi peternakan yang bermutu, dan perkembangan pasar dan ekonomi global.

2.4 Pengembangan bisnis peternakan dimasa mendatang
Pengembangan bisnis peternakan mempunyai tantangan yang cukup besar akibat perubahan ekonomi ke depan. Melambatnya pertumbuhan ekonomi yang berakibat pada penurunan daya beli perlu dinatisipasi. Adanya liberalisasi perdagangan dunia yang akan meminimumkan restriksi perdagangan antar negara menimbulkan persaingan ketat antar negara di pasar dalam negeri maupun pasar internasional. Salah satu cara yang tepat untuk dapat menang dalam persaingan adalah melalui peningkatan dayasaing, baik dari sisi permintaan (demand) maupun dari sisi penawaran (supply).
Dari sisi permintaan, harus disadari bahwa permintaan konsumen terhadap suatu produk semakin kompleks yang menuntut berbagai atribut atau produk yang dipersepsikan bernilai tinggi oleh konsumen (consumer’s value perception). Jika dimasa lalu konsumen hanya mengevaluasi produk berdasarkan atribut utama yaitu jenis dan harga, maka sekarang ini dan dimasa yang akan datang, konsumen sudah menuntut atribut yang lebih rinci lagi seperti atribut keamanan produk (safety attributes), atribut nutrisi (nutritional attributes), atribut nilai (value attributes), atribut pengepakan (package attributes), atribut lingkungan (ecolabel attributes) dan atribut kemanusiaan (humanistic attributes). Bahkan aspek animal welfare yang menjadi persyaratan baru. Sedangkan dari sisi penawaran, produsen dituntut untuk dapat bersaing berkaitan dengan kemampuan merespons atribut produk yang diinginkan oleh konsumen secara efisien.
Bisnis peternakan mempunyai peranan yang besar terhadap perekonomian nasional, namun tidak dapat dielakkan bahwa komoditas ini sering mengalami permasalahan-permasalahan yang menghambat pengembangannya baik secara makro maupun mikro, diantaranya pertama, kurang tersedianya bahan baku, sehingga Indonesia masih harus mengimpor yang menyebabkan biaya produksi relatif tinggi. Kedua, iklim investasi (misalnya ekonomi biaya tinggi, proses perijinan yang lama dan berbelit, kurangnya sarana dan prasarana jalan dan transportasi, tidak adanya penegakan hukum yang ketat) belum kondusif bagi para investor. Ketiga, kenaikan harga BBM yang menyebabkan meningkatnya biaya produksi hasil peternakan. Keempat, krisis finansial global mengakibatkan adanya penurunan daya beli. Kelima, kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang relatif rendah. Keenam, keterbatasan modal sehingga menghambat pengembangan usaha. Ketujuh, mewabahnya penyakit yang berkembang di beberapa daerah.
Last but not the least, pola masyarakat Indonesia selama ini masih terlalu bersandar kepada pangan nabati, khususnya beras yang diindikasikan oleh tingginya starchy staple ratio sebesar 63 persen. Disamping itu, kita masih punya ruang untuk enlarging the pies (memperbesar pangsa pasar produk-produk peternakan). Tingkat konsumsi protein hewani asal ternak masyarakat Indonesia masih di bawah rekomendasi Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi, yaitu sebesar 6 gr/kap/hari. Saat ini pencapaian untuk daging adalah 3.35 gr/kap/hari, telur 1.77 gr/kap/hari dan susu 0.6 gr/kap/hari, total 5.72 gr/kap/hari. Upaya promosi yang sistematis perlu kita galakkan bersama. Di berbagai lokasi strategis perlu ada iklan-iklan yang mendidik (misalnya “Apakah Anda telah memakan daging dan telur yang cukup hari ini?”) yang mengingatkan tentang pentingnya protein hewani untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia Indonesia ke depan. Jika tidak, Human Development Index (HDI) kita tetap saja di bawah negara-negara tetangga kita. HDI kita pada tahun 2007/2008 berada pada urutan 107 dari 177 negara, sementara Malaysia (peringkat 63), Singapura (25), Thailand (78), Brunei (30), dan bahkan Vietnam berada pada peringkat yang lebih baik dari kita (105).
2.5 Propek di sektor peternakan mendatang
Dalam jangka panjang tidaklah dapat dipungkiri bahwa permintaan terhadap komoditas-komoditas peternakan akan terus meningkat seiring dengan adanya pertambahan penduduk, peningkatan pendapatan, perbaikan tingkat pendidikan, urbanisasi, perubahan gaya hidup (life style) dan peningkatan kesadaran akan gizi seimbang. Kondisi ini mencerminkan bahwa bisnis peternakan ke depan tetap memiliki prospek pasar yang baik dan berkelanjutan.
Peran dan prospek peternakan ke depan tetap memiliki peranan sosial dan ekonomi yang cukup signifikan walaupun dengan laju pertumbuhan kinerja yang melambat pada tahun 2009. Hal ini terjadi karena pertumbuhan perekonomian Indonesia pada tahun 2009 melambat yang diakibatkan oleh adanya krisis finansial global dan tetap tingginya harga minyak dan pangan. Masalah besar yang dihadapi terkait dengan krisis pangan, energi dan keuangan global (global food, feed, fuel and financial crisis) atau yang sering disebut 4F adalah (a) laju inflasi yang meningkat, (b) daya beli masyarakat dan pada gilirannya ekonomi yang melemah akibat tingginya inflasi, (c) neraca keuangan pemerintah yang tertekan akibat semakin besarnya subsidi pada harga jual komoditas di pasar domestik, dan (e) pasar keuangan yang tertekan sehubungan dengan prospek ekonomi yang menurun dan resiko investasi yang meningkat.
Komoditas peternakan mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan. Hal ini didukung oleh karakteristik produk yang dapat diterima oleh masyarakat Indonesia. Kondisi ini menunjukkan bahwa Indonesia merupakan pasar yang potensial bagi agrobisnis peternakan. Beberapa peluang bisnis dalam mengembangkan agribisnis peternakan diantaranya adalah pertama, jumlah penduduk Indonesia yang mencapai ± 220 juta jiwa merupakan konsumen yang sangat besar, dan masih tetap bertumbuh sekitar 1,4 persen per tahun. Kedua, kondisi geografis dan sumber daya alam yang mendukung usaha dan industri peternakan. Ketiga, meningkatnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang gizi. Keempat, jika pertumbuhan ekonomi berjalan dengan baik, maka akan meningkatkan pendapatan per kapita yang kemudian akan menaikkan daya beli masyarakat.
Peternakan tetap mempunyai prospek dan peluang yang baik untuk dikembangkan karena didukung oleh kondisi Indonesia yang memiliki keunggulan kompetitif (competitive advantage) dalam komponen biaya input untuk tenaga kerja yang relatif lebih murah dibandingkan negara lain di ASEAN. Selain itu potensi dalam mengembangkan produksi jagung nasional dapat mengurangi ketergantungan impor dan menurunkan biaya produksi, sehingga mampu meningkatkan skala usaha yang optimal. Integrasi secara vertikal (vertical integration) juga sudah mulai terlaksana dengan menerapkan pola-pola kemitraan (contract farming), dimana peternak sudah banyak bergabung dengan perusahaan inti sehingga jumlah pemeliharaan peternakan juga semakin meningkat dan mampu menjaga kualitas dari hasil komoditas peternakan tersebut.
2.6 Peluang tambahan hasil peternakan ke depan
          Semakin luas prospek dan usaha dalam peternakan akan semakin membuat peternakan maju namun dalam suatu peternakan pasti menghasilkan limbah peternakan . Limbah ternak adalah sisa buangan dari suatu kegiatan usaha peternakan seperti usaha pemeliharaan ternak, rumah potong hewan, pengolahan produk ternak, dan sebagainya. Limbah tersebut meliputi limbah padat dan limbah cair seperti feses, urine, sisa makanan, embrio, kulit telur, lemak, darah, bulu, kuku, tulang, tanduk, isi rumen, dan lain-lain (Sihombing, 2000). Semakin berkembangnya usaha peternakan, limbah yang dihasilkan semakin meningkat.Total limbah yang dihasilkan peternakan tergantung dari species ternak, besar usaha, tipe usaha dan lantai kandang. Kotoran sapi yang terdiri dari feces dan urine merupakan limbah ternak yang terbanyak dihasilkan dan sebagian besar manure dihasilkan oleh ternak ruminansia seperti sapi, kerbau kambing, dan domba. Umumnya setiap kilogram susu yang dihasilkan ternak perah menghasilkan 2 kg limbah padat (feses), dan setiap kilogram daging sapi menghasilkan 25 kg feses . Dengan adanya itu maka limbah peternakan dapat dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan, apalagi limbah tersebut dapat diperbaharui (renewable) selama ada ternak. Limbah ternak masih mengandung nutrisi atau zat padat yang potensial untuk dimanfaatkan. Limbah ternak kaya akan nutrient (zat makanan) seperti protein, lemak, bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN), vitamin, mineral, mikroba atau biota, dan zat-zat yang lain (unidentified subtances). Limbah ternak dapat dimanfaatkan untuk bahan makanan ternak, pupuk organik, energi dan media berbagai tujuan. Sebagai pakan ternak, limbah ternak kaya akan nutrien seperti protein, lemak BETN, vitamin, mineral, mikroba dan zat lainnya. Ternak membutuhkan sekitar 46 zat makanan esensial agar dapat hidup sehat. Limbah feses mengandung 77 zat atau senyawa, namun didalamnya terdapat senyawa toksik untuk ternak. Untuk itu pemanfaatan limbah ternak sebagai makanan ternak memerlukan pengolahan lebih lanjut. Tinja ruminansia juga telah banyak diteliti sebagai bahan pakan termasuk penelitian limbah ternak yang difermentasi secara anaerob. Pemanfaatan limbah usaha peternakan terutama kotoran ternak sebagai pupuk organik dapat dilakukan melalui pemanfaatan kotoran tersebut sebagai pupuk organik. Penggunaan pupuk kandang (manure) selain dapat meningkatkan unsur hara pada tanah juga dapat meningkatkan aktivitas mikrobiologi tanah dan memperbaiki struktur tanah tersebut. Permasalahan limbah ternak, khususnya manure dapat diatasi dengan memanfaatkan menjadi bahan yang memiliki nilai yang lebih tinggi. Salah satu bentuk pengolahan yang dapat dilakukan adalah menggunakan limbah tersebut sebagai bahan masukan untuk menghasilkan bahan bakar gasbio. Kotoran ternak ruminansia sangat baik untuk digunakan sebagai bahan dasar pembuatan biogas. Ternak ruminansia mempunyai sistem pencernaan khusus yang menggunakan mikroorganisme dalam sistem pencernaannya yang berfungsi untuk mencerna selulosa dan lignin dari rumput atau hijauan berserat tinggi. Oleh karena itu pada tinja ternak ruminansia, khususnya sapi mempunyai kandungan selulosa yang cukup tinggi. Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa tinja sapi mengandung 22.59% sellulosa, 18.32% hemi-sellulosa, 10.20% lignin, 34.72% total karbon organik, 1.26% total nitrogen, 27.56:1 ratio C:N, 0.73% P, dan 0.68% K .
Gasbio adalah campuran beberapa gas, tergolong bahan bakar gas yang merupakan hasil fermentasi dari bahan organik dalam kondisi anaerob, dan gas yang dominan adalah gas metan (CH4) dan gas karbondioksida (CO2) (Simamora, 1989). Gasbio memiliki nilai kalor yang cukup tinggi, yaitu kisaran 4800-6700 kkal/m3, untuk gas metan murni (100 %) mempunyai nilai kalor 8900 kkal/m3. Produksi gasbio sebanyak 1275-4318 I dapat digunakan untuk memasak, penerangan, menyeterika dan mejalankan lemari es untuk keluarga yang berjumlah lima orang per hari.
Pembentukan gasbio dilakukan oleh mikroba pada situasi anaerob, yang meliputi tiga tahap, yaitu tahap hidrolisis, tahap pengasaman, dan tahap metanogenik. Pada tahap hidrolisis terjadi pelarutan bahan-bahan organik mudah larut dan pencernaan bahan organik yang komplek menjadi sederhana, perubahan struktur bentuk primer menjadi bentuk monomer. Pada tahap pengasaman komponen monomer (gula sederhana) yang terbentuk pada tahap hidrolisis akan menjadi bahan makanan bagi bakteri pembentuk asam. Produk akhir dari gula-gula sederhana pada tahap ini akan dihasilkan asam asetat, propionat, format, laktat, alkohol, dan sedikit butirat, gas karbondioksida, hidrogen dan amoniak.
Model pemroses gas bio yang banyak digunakan adalah model yang dikenal sebagai fixed-dome. Model ini banyak digunakan karena usia pakainya yang lama dan daya tampungnya yang cukup besar. Meskipun biaya pembuatannya memerlukan biaya yang cukup besar.
Untuk mengatasi mahalnya pembangunan pemroses biogas dengan model feixed-dome, tersebut sebuah perusahaan di Jawa Tengah bekerja sama dengan Balai Pengkajian dan Penerapan Teknolgi Ungaran mengembangkan model yang lebih kecil untuk 4-5 ekor ternak, yang siap pakai, dan lebih murah karena berbahan plastic yang dipendam di dalam tanah.
Di perdesaan, gasbio dapat digunakan untuk keperluan penerangan dan memasak sehingga dapat mengurangi ketergantungan kepada minyak tanah ataupun listrik dan kayu bakar. Bahkan jika dimodifikasi dengan peralatan yang memadai, biogas juga dapat untuk menggerakkan mesin.


BAB III
PENUTUP


3.1 Kesimpulan
          Mengingat pentingnya protein hewani asal ternak (daging, susu dan telur) bagi manusia, maka konsumsi produk ternak semestinya dipacu menuju tingkat konsumsi ideal. Protein hewani asal ternak memiliki komposisi asam amino yang lengkap dan dibutuhkan tubuh. Karena itu, langkah mengurangi konsumsi daging dan telur agaknya bukanlah langkah bijak. Tidak tepat konsumen ragu memakan daging dan telur ayam yang diolah secara benar meskipun wabah flu burung hingga kini belum berhasil diberantas dengan tuntas. Konsumsi protein hewani penduduk Indonesia harus dipacu kearah ideal untuk mewujudkan SDM yang cerdas, kreatif, produktif dan sehat. Dengan tersedianya pangan hewani bergizi tinggi pada tingkat rumahtangga petani maka diharapkan ketahanan pangan dapat terjadi pada tingkat rumahtangga sehingga kasus malnutrisi dapat dicegah secara sistematis. Selain itu, yang tidak kalah penting adalah peranan ternak dan produk peternakan sebagai sumber pendapatan dan sumber lapangan kerja yang efektif dalam pengentasan kemiskinan di perdesaan. Dan juga limbah usaha peternakan berpeluang mencemari lingkungan jika tidak dimanfaatkan. Namun memperhatikan komposisinya, kotoran ternak masih dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan, media pertumbuhan cacing, pupuk organik, gas bio, dan briket energi.Pemanfaatan limbah ternak akan mengurangi tingkat pencemaran lingkungan baik pencemaran air, tanah, maupun udara. Pemanfaatan tersebut juga menghasilkan nilai tambah yang bernilai ekonomis. Maka sebagai bangsa yang memiliki cukup banyak peternakan marilah kembangakan peternakan untuk masa mendatang.
“Negara yang kaya dengan ternak tidak akan pernah miskin. Negara yang miskin dengan ternak tidak akan pernah kaya”  
3.2 Saran
          Sebagai mahasiswa terutama mahasiswa peternakan perlu mengembangkan peternakan . Pengembangan tersebut dapat dikembangkan dengan menciptakan suatu kreatifitas dan inovasi dalam bidang peternakan sehingga prospek peternakan dimasa mendatang semakin luas.







































DAFTAR PUSTAKA


Abdullah, Bamualim M. 2007. Produksi Peternakan Di Indonesia:
            Potensi dan Kendala. Bogor 16151 : Pusat Penelitian dan Pengembangan   Peternakan.


Soehadji . 1992 . Kebijakan Pemerintah dalam Industri dan Penanganan Limbah   Peternakan . Jakarta : Direktorat Jenderal Peternakan , Departemen      Pertanian .


Widodo, Asari dan Unadi . 2005. Pemanfaatan Energi Biogas untuk Mendukung   Agribisnis di Pedesaan . Serpong : Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian Serpong. 
                                                                 

Yusmichad,Yusdja dan Ilham Nyak. 2007. Suatu Gagasan Tentang Peternakan
            Masa Depan dan Strategi Mewujudkannya.Pusat Analisis Sosial Ekonomi               Pertanian Jalan A. Yani No.70 Bogor 16161


http://teknonature.blogspot.com/2012/12/prospek-peternakan-di-masa-depan.html








         




Senin, 23 Desember 2013

Radioisotop dalam Bidang Peternakan

RADIOISOTOP DALAM BIDANG PETERNAKAN



DISUSUN OLEH :

WINDA MUFADHILA
     23010113130164
   S1 PETERNAKAN
KELAS D



          FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2013

KATA PENGANTAR


Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa , sehingga penulis bisa menyelesaikan tugas makalah Kimia dengan judul Radioisotop dalam Peternakan dengan baik, meskipun masih ada kekurangan. Penulis ucapkan terima kasih atas terselesaikannya tugas makalah ini kepada Tri Agus S yang telah membimbing  dalam mata kuliah Kimia . Tanpa ilmu yang telah Bapak berikan penulis tidak dapat mengerjakan makalah ini. Tidak lupa pula ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan baik secara materi maupun immateri dalam penulisan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman . Amin



Semarang, Oktober 2013

                                                                                                                                      Penulis





BAB II
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 
            Dalam ilmu kimia pasti telah mengenal dan tidak asing dengan kata radioisotop . Bagi sebagian orang radioisotop masih memberikan kesan menyeramkan dan bahkan menakutkan. Namun, sesungguhnya radioisotop telah memberikan kontribusi yang baik dalam kehidupan manusia. Mereka memberikan manfaat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh manusia. Oleh sebab itu mulai dari sekarang kita tidak boleh takut terhadap radioisotop. Sebenarnya Radioisotop bukanlah sesuatu yang menyeramkan bagi kehidupan manusia melainkan sesuatu yang dapat dimanfaatkan dan berguna bagi kehidupan manusia.Radioisotop juga berperan penting dalam berbagai bidang di dunia. Mulai dari bidang kesehatan, bidang industri, pertanian, arkeologi, pertambangan, kimia dan begitu pula dibidang peternakan .
            Badan Tenaga Nuklir Nasional sebagai lembaga yang bergerak dalam penelitian dan pengembangan (litbang) ikut berperan dalam mendukung peningkatan sektor peternakan. Litbang yang dilaksanakan lebih menekankan ke arah penggunaan teknik nuklir dan teknik terkait lainnya. Kegiatan ini dilakukan di Laboratorium Nutrisi, Reproduksi, dan Kesehatan Ternak, Bidang Pertanian, Pusat Penelitian dan Pengembangan Isotop dan Radioisotop (P3TIR).          Litbang peternakan yang dilakukan lebih mengarah pada peningkatan produksi ternak, perbaikan sistem reproduksi, kesehatan, dan manajemen ternak. Keuntungan pengggunaan teknik nuklir dalam litbang peternakan, yaitu kepekaan deteksi tinggi, akurat untuk perunutan, efektif dan efisien, aman, serta ekonomis. Perunutan merupakan suatu proses pemanfaatan senyawa yang telah ditandai dengan isotop atau radioisotop untuk menjadi bagian dari sistem biologi/mekanik sehingga diketahui mekanisme yang terjadi atau diperoleh suatu hasil pengukuran. Teknik perunutan dapat menggunakan isotop atau radioisotop.



1.2 Tujuan Makalah
            Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai tugas mata kuliah kimia dan untuk mengenal lebih juh arti , peran , dan manfaat radioisotop dalam kehidupan terutama di bidang peternakan .



1.3 Manfaat Makalah
            Manfaat makalah ini adalah untuk memeberi pengetahuan lebih jauh tentang radioisotope dan manfaatnya di dalam kehidupan terutama bidang peternakan . Dan memberikan pengertian tentang penggunaan radioisotope sebagai penelitian dalam bidang peternakan sehingga dapat menghasilkan data dengan  kepekaan deteksi tinggi, akurat untuk perunutan, efektif dan efisien, aman, serta ekonomis.









BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Tinjauan Pustaka
            Radioaktivitas adalah gejala terpancarnya partikel-partikel radioaktif akibat peluruhan (disintegrasi) inti dalam rangka menuju inti stabil. Inti-inti yang mengalami peluruhan ini disebut inti radioaktif. Gejala radioaktivitas ditemukan secara tidak sengaja oleh Henri Becquerel, seorang fisikawan berkebangsaan Prancis pada tahun 1896. Ketika ia meletakkan pelat film di sekitar uranium, pelat film tersebut kemudian menjadi hitam. Gejala fosforesensi (phosporesence) dan fluoresensi (fluoresence) tidak dapat menjawab fenomena penyebab penghitaman pelat film di sekitar uranium. Akhirnya, Becqeurel menyimpulkan bahwa sinar yang dipancarkan secara spontan oleh uranium. Sinar ini kemudian disebut sebagai sinar
Pemanfaatan radioaktif untuk peternakan berdasarkan sifat pengaplikasiannya dibagi menjadi dua, yaitu pemanfaatan yang bersifat in vivo dan in vitro. Aplikasi perunut secara in vivo bertujuan untuk menggambarkan proses biologi yang terjadi di lingkungan asalnya atau langsung menggunakan hewan ternak. Yang perlu diperhatikan adalah waktu paruh biologis, yaitu waktu yang diperlukan (radio) isotop untuk keluar atau diekskresikan keluar tubuh. Sedangkan aplikasi perunut secara in vitro bertujuan untuk menggambarkan proses biologi yang terjadi di luar tubuh hewan, tetapi di laboratorium. Yang perlu diperhatikan adalah waktu paruh fisika, yaitu waktu yang diperlukan oleh radioisotop untuk meluruh hingga mencapai separuh aktivitasnya.
            Analisis secara in vitro menggunakan isotop P-32, S-35, dan C-14 sebagai perunut radioisotop untuk mengukur sejumlah parameter. Isotop P-32dan S-35 digunakan untuk mengukur sintesa protein mikroba di dalam rumen, sedangkan C-14 untuk mengukur efisiensi pemanfaatan energi oleh mikrobarumen. Saat ini teknologi UMMB telah banyak diterapkan di berbagai daerah sebagai hasil introduksi teknologi melalui kerja sama litbang, koperasi, peternak langsung dan iptekda.
        Kemudian Pemanfaatan teknik nuklir radiasi yang dilakukan di bidang peternakan radioaktif. Sedangkan unsur-unsur yang memancarkan sinar radioaktif disebut unsur radioaktif
 terutama di subbidang kesehatan ternak, yaitu untuk melemahkan patogenisitas penyakit yang disebabkan oleh bakteri, virus dan cacing. Litbang pemanfaatan radiasi telah menghasilkan radiovaksin, reagen diagnostik, dan pengawetan.
           Radiovaksin adalah teknik pembuatan vaksin dengan cara iradiasi. Definisi vaksin adalah suatu suspensi mikroorganisme yang dapat menimbulkan penyakit tetapi telah dimodifikasi dengan cara mematikan atau menatenuasi sehingga tidak akan menimbulkan penyakit dan dapat merangsang pembentukan kekebalan/antibodi bila diinokulasikan.
            Pembuatan radiovaksin memiliki keunggulan dibandingkan dengan cara konvensional, yaitu mempercepat proses pembuatan vaksin dengan memperpendek waktu pasasel. Selain itu, radiovaksin yang diproduksi memiliki kualitas yang sama dengan vaksin buatan secara konvensional. Sumber radiasi yang digunakan untuk pembuatan radiovaksin adalah sinar gama yang digunakan untuk menurunkan infektivitas, virulensi, dan patogenitas agen penyakit, tetapi diharapkan mampu merangsang timbulnya kekebalan pada tubuh terhadap infeksi penyakit.       
            Penelitian yang dilakukan saat ini adalah upaya pengembangan vaksin terhadap penyakit ternak, seperti brucellosis dan mastitis. Selain penelitian radiovaksin penyakit ternak yang berasal dari mikroorganisme, dilakukan pula penelitian radiovaksin penyakit ternak yang berasal dari cacing, seperti Coccidiosis, Fasciolosis, dan Haemonchosis. Salah satu hasil penelitian yang telah menjadi produk adalah vaksin koksivet untuk penyakit Coccidiosis, yaitu penyakit yang disebabkan oleh protozoa Emeria Sp pada usus yang mengakibatkan berak darah. Ookista generasi 1 diiradiasi dengan sinar gamma pada dosis optimum 125 Gy dan diinokulasikan ke ayam sehingga diperoleh ookista generasi II yang lemah sifat infektivitas dan patogenitasnya. Selanjutnya, ookista dari generasi II tersebutlah yang dijadikan vaksin. Vaksin ini diinokulasikan ke ayam berumur 7-10 hari sehingga ayam memiliki kekebalan terhadap penyakit tersebut.





2.2 Rumusan Masalah
            3.1 Apa pengertian dan sifat-sifat radioisotope?
            3.2 Apa kaitannya radiokimia dengan ilmu peternakan ?
            3.3 Manfaat dan peran radioisotope dalam bidang peternakan ?
            3.4 Apa Pengembangan Radioisotop di bidang peternakan?
            3.5 Dalam bidang apa saja penggunaan radioisotope selain dalam ilmu peternakan ?






BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Pengertian dan sifat-sifat radioisotope
         Radioisotop adalah isotop dari zat radioaktif. radionuklida mampu memancarkan radiasi. Radionuklida dapat terjadi secara alamiah atau sengaja dibuat oleh manusia dalam reaktor penelitian. Produksi radionuklida dengan proses aktivasi dilakukan dengan cara menembaki isotop stabil dengan neutron di dalam teras reaktor. Proses ini lazim disebut irradiasi neutron, sedangkan bahan yang disinari disebut target atau sasaran. Neutron yang ditembakkan akan masuk ke dalam inti atom target sehingga jumlah neutron dalam inti target tersebut bertambah. Peristiwa ini dapat mengakibatkan ketidakstabilan inti atom sehingga berubah sifat menjadi radioaktif.Banyak isotop buatan yang dapat dimanfaatkan antara lain Na-24, P-32, Cr-51, Tc-99, dan I-131.
            Sedangkan sifat radioisotope yang pertama, radioisotop memancarkan radiasi manapun dia berada dan mudah dideteksi. Radioisotop ibarat lampu yang tidak pernah padam senantiasa memancarkan cahayanya.Radioisotopdalam jumlah sedikit sekali pun dapatdengan mudah diketahui keberadaannya. Dengan teknologi pendeteksian radiasi saat ini, radioisotop dalam kisaran pikogram (satu per satu trilyun gram) pun dapat dikenali dengan mudah. Sebagai ilustrasi, jika radioisotop dalam bentuk carrier free (murni tidak mengandung isotop lain) sebanyak 0,1 gram saja dibagi rata ke seluruh penduduk bumi yang jumlahnya lebih dari 5 milyar, jumlah yang diterima oleh masing-masing orang dapat diukur secara tepat.
             Kedua, laju peluruhan tiap satuan waktu (radioaktivitas) hanya merupakan fungsi jumlah atom radioisotop yang ada, tidak dipengaruhi oleh kondisi lingkungan baik temperatur, . tekanan, pH dan sebagainya. Penurunan radioaktivitas ditentukan oleh waktu paro, waktu yang diperlukan agar intensitas radiasi menjadi setengahnya. Waktu paro ini merupakan bilangan khas untuk tiap-tiap radioisotop. Misalnya karbon-14 memiliki waktu paro 5.730 tahun, sehingga radioaktivitasnya berkurang menjadi separonya setelah 5.730 tahun berlalu. Seluruh radioisotop yang telah berhasil ditemukan telah diketahui pula waktu paronya. Waktu paro radioisotop bervariasi dari kisaran milidetik sampai ribuan tahun. Waktu paro ini merupakan faktor penting dalam pemilihan jenis radioisotop yang tepat untuk keperluan tertentu.
            Ketiga, intensitas radiasi ini tidak bergantung pada bentuk kimia atau senyawa yang disusunnya. Hal ini dikarenakan pada reaksi kimia atau ikatan kimia yang berperan adalah elektron, utamanya elektron pada kulit atom terluar, sedangkan peluruhan radioisotop merupakan hasil dari perubahan pada inti atom.
            Keempat, radioisotop memiliki konfigurasi elektron yang sama dengan isotop lain sehingga sifat kimia yang dimiliki radioisotop sama dengan isotop-isotop lain dari unsur yang sama. Radioisotop karbon-14, misalnya, memiliki karakteristik kimia yang sama dengan   karbon-12.
            Kelima, radiasi yang dipancarkan, utamanya radiasi gamma, memiliki daya tembus yang besar.
3.2 Hubungan radioisotop dengan peternakan
            Pemanfaatan teknik perunut untuk peternakan berdasarkan sifat pengaplikasiannya dibagi menjadi dua, yaitu pemanfaatan yang bersifat in vivo dan in vitro. Aplikasi perunut secara in vivo bertujuan untuk menggambarkan proses biologi yang terjadi di lingkungan asalnya atau langsung menggunakan hewan ternak. Yang perlu diperhatikan adalah waktu paruh biologis, yaitu waktu yang diperlukan (radio) isotop untuk keluar atau diekskresikan keluar tubuh. Sedangkan aplikasi perunut secara in vitro bertujuan untuk menggambarkan proses biologi yang terjadi di luar tubuh hewan, tetapi di laboratorium. Yang perlu diperhatikan adalah waktu paruh fisika, yaitu waktu yang diperlukan oleh radioisotop untuk meluruh hingga mencapai separuh aktivitasnya.
            Analisis secara in vitro menggunakan isotop P-32, S-35, dan C-14 sebagai perunut radioisotop untuk mengukur sejumlah parameter. Isotop P-32dan S-35 digunakan untuk mengukur sintesa protein mikroba di dalam rumen, sedangkan C-14 untuk mengukur efisiensi pemanfaatan energi oleh mikrobarumen.
3.3 Manfaat dan peran radioisotope dengan peternakan
            Pemanfaatan teknik nuklir (radioaktif) untuk perunutan berdasarkan sifat pengaplikasiannya dibagi menjadi dua, yaitu pemanfaatan yang bersifat in vivo dan in vitro. Aplikasi perunutan secara in vivo bertujuan untuk menggambarkan proses biologi yang terjadi di lingkungan asalnya atau langsung menggunakan hewan ternak. Yang perlu diperhatikan adalah waktu paruh biologis, yaitu waktu yang diperlukan (radio) isotop untuk keluar atau diekskresikan keluar tubuh. Sedangkan aplikasi perunutan secara in vivo bertujuan untuk menggambarkan proses biologi yang terjadi di luar tubuh hewan, tetapi di laboratorium. Yang perlu diperhatikan adalah waktu paruh fisika, yaitu waktu yang diperlukan oleh radioisotop untuk meluruh hingga mencapai separuh aktivitasnya.
            Suplemen pakan UMMB merupakan suplemen pakan (SP) untuk ternak ruminansia, seperti sapi, kerbau, kambing, domba dan lainnya. Ciri khas dari ternak ruminansia adalah adanya rumen yang merupakan ekosistem mikroba yang berperan dalam penguraian bahan pakan dan mikroba pun berfungsi sebagai bahan protein bagi ternak. Agar teknologi suplemen tersebut dapat diterapkan oleh peternak dan mudah dalam penyimpanan serta transportasinya, maka suplemen tersebut dibuat dalam bentuk padat dari komposisi bahan tertentu (urea, dedak, onggok, tepung tulang, lakta mineral, garam dapur, tepung kedelai, dan kapur).

3.4 Pengembangan radioisotop di bidang peternakan
            Perkembangan ilmu pengetahuan membuat berkembangnya teknologi dalam bidang apapun . Perkembangan radioaktif , radioisotope khususnya dalam bidang peternakan mengalami pengebangan . Pengembangan tersebut diketahui adanya radiovaksin . Radiovaksin adalah teknik pembuatan vaksin dengan cara iradiasi. Definisi vaksin adalah suatu suspensi mikroorganisme yang dapat menimbulkan penyakit tetapi telah dimodifikasi dengan cara mematikan atau menatenuasi sehingga tidak akan menimbulkan penyakit dan dapat merangsang pembentukan kekebalan/antibodi bila diinokulasikan.
            Pembuatan radiovaksin memiliki keunggulan dibandingkan dengan cara konvensional, yaitu mempercepat proses pembuatan vaksin dengan memperpendek waktu pasasel. Selain itu, radiovaksin yang diproduksi memiliki kualitas yang sama dengan vaksin buatan secara konvensional.
            Sumber radiasi yang digunakan untuk pembuatan radiovaksin adalah sinar gama yang digunakan untuk menurunkan infektivitas, virulensi, dan patogenitas agen penyakit, tetapi diharapkan mampu merangsang timbulnya kekebalan pada tubuh terhadap infeksi penyakit.
            Penelitian yang dilakukan saat ini adalah upaya pengembangan vaksin terhadap penyakit ternak, seperti brucellosis dan mastitis. Selain penelitian radiovaksin penyakit ternak yang berasal dari mikroorganisme, dilakukan pula penelitian radiovaksin penyakit ternak yang berasal dari cacing, seperti Coccidiosis, Fasciolosis, dan Haemonchosis.
            Salah satu hasil penelitian yang telah menjadi produk adalah vaksin koksivet untuk penyakit Coccidiosis, yaitu penyakit yang disebabkan oleh protozoa Emeria Sp pada usus yang mengakibatkan berak darah.
            Ookista generasi 1 diiradiasi dengan sinar gamma pada dosis optimum 125 Gy dan diinokulasikan ke ayam sehingga diperoleh ookista generasi II yang lemah sifat infektivitas dan patogenitasnya. Selanjutnya, ookista dari generasi II tersebutlah yang dijadikan vaksin. Vaksin ini diinokulasikan ke ayam berumur 7-10 hari sehingga ayam memiliki kekebalan terhadap penyakit tersebut.


3.5 Penggunaan radioisotop dalam berbagai bidang
            Radioisotop dalam berbagai bidag selain dalam peternakan sangatlah banyak . Mulai dari semua bidang telah digunakan sistim radiokimia . Bidang apa sajakah itu ?
            1. Bidang Kesehatan
Radioisotop dapat digunakan untuk terapi radiasi, seperti terapi kelainan tiroid dan terapi polisitemia vera dan leukemia. Selain itu, radioisotop juga dapat digunakan untuk diagnosis seperti diaggosis fungsi dan anatomi organ tubuh, serta studi sirkulasi dan kehilangan darah.
            2. Bidang Pertanian
Radioisotop dapat digunakan sebagai perunut dalam penelitian efisiensi pemupukan tanaman.
Teknik perunut dengan radioisotop akan memberikan cara pemupukan yang tepat dan hemat.
Teras Reaktor RSG-GAS Serpong.
            3. Bidang Hidrologi
Radioisotop dapat digunakan untuk mengukur kecepatan laju dan debit air sungai, air dalam tanah ddan rembessan , kebocoran dan serta pipa penyalur yang terbenam dalam tanah , lokasi dumping, asal/pola aliran sedimen dan laju pengendapan .
            4. Bidang Industri
Radioisotop dapat digunakan dalam teknik radiografi. Teknik radiografi merupakan teknik yang sering dipakai terutama pada tahap-tahap konstruksi. Pada sector minyak bumi , teknik ini digunakan untuk pengujian kualitas las pada waktu pemasangan pipa minyak/gas serta instalasi kilang minyak.Selain bagian-bagian konstruksi besi yang dianggap kritis , teknik ini digunakan juga pada uji kualitas las dari ketel uap tekanan , digunakanjuga pada tinggi serta uji terhadap keretakan pada konstruksi beton. Perunut Fluida menggunakan Na-1t25 . Selain itu, radioisotopjuga dapat digunakan sebagai perunut misalnya untuk menguji kebocoran
cairan/gas dalam pipa, penentuan efisiensi proses industri, yang meliputi pengujian homogenitas
pencampuran serta residence time distribulion (RTD).




                                   BAB IV
KESIMPULAN
           
            Radioisotope adalah isotop dari zat radioaktif. radionuklida mampu memancarkan radiasi. Radionuklida dapat terjadi secara alamiah atau sengaja dibuat oleh manusia dalam reaktor penelitian . Radioisotop mempunyai sifata sifat yang khusus anatara lain : sifat radioisotope yang pertama, radioisotop memancarkan radiasi manapun dia berada dan mudah dideteksi. Kedua, laju peluruhan tiap satuan waktu (radioaktivitas) hanya merupakan fungsi jumlah atom radioisotop yang ada, tidak dipengaruhi oleh kondisi lingkungan baik temperatur, . tekanan, pH dan sebagainya. Ketiga, intensitas radiasi ini tidak bergantung pada bentuk kimia atau senyawa yang disusunnya. Kelima, radiasi yang dipancarkan, utamanya radiasi gamma, memiliki daya tembus yang besar. Keempat, radioisotop memiliki konfigurasi elektron yang sama dengan isotop lain sehingga sifat kimia yang dimiliki radioisotop sama dengan isotop-isotop lain. Manfaat radioisotope dalam dunia peternakan adalah vivo bertujuan untuk menggambarkan proses biologi yang terjadi di lingkungan asalnya atau langsung menggunakan hewan ternak. Sedangkan aplikasi perunut secara in vitro bertujuan untuk menggambarkan proses biologi yang terjadi di luar tubuh hewan, tetapi di laboratorium. Adanya pengembangan radioaktif dalam bidang peternakan yaitu adanya radiovaksin . Radiovaksin adalah teknik pembuatan vaksin dengan cara iradiasi. Selain dalam bidang peternakan radioisotope juga dikembangkan dalam berbagai bidang antaralain bidang kesehatan , bidang pertanian , bidang industry dan bidang hidrologi .




                         DAFTAR PUSTAKA



Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Enterprise Project Management