PROSPEK BIDANG PETERNAKAN DI MASA
MENDATANG
DISUSUN OLEH :
WINDA MUFADHILA
23010113130164
S1 PETERNAKAN
KELAS D
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada
Tuhan Yang Maha Esa , sehingga penulis bisa menyelesaikan tugas makalah
Pengantar Ilmu dan Industri Ternak dengan judul Peran Ternak sebagai Sumber
Pakan Hewani dengan baik, meskipun masih ada kekurangan.
Tujuan dari penyusunan makalah dengan judul Peranan
Ternak sebagai Sumber Pakan Hewani ini adalah sebagai syarat dan tugas Ujian
Tengah Semester (UTS).
Penulis ucapkan terima kasih atas terselesaikannya tugas
makalah ini kepada Ir. Warsono Sarengat ,M.S. yang telah membimbing dalam mata kuliah Pengantar Ilmu Industri
Peternakan Tanpa ilmu yang telah Bapak berikan penulis tidak dapat mengerjakan
makalah ini. Tidak lupa pula ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua
pihak yang telah memberikan bantuan baik secara materi maupun immateri dalam
penulisan makalah ini.
Penulis
menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab
itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga dengan
selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman . Amin
Semarang,
Desember 2013
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pembangunan peternakan semakin nyata dimana
pembangunan peternakan meletakkan peternak sebagai subyek, bukan semata-mata
sebagai obyek dalam mencapai tujuan. Visi pembangunan peternakan adalah
mewujudkan masyarakat yang sehat, produktif dan kreatif melalui pembangunan
peternakan tangguh berbasis sumberdaya lokal dengan misi penyediaan pangan dari
ternak (daging, telur, susu), pemberdayaan sumberdaya manusia peternak,
penciptaan peluang ekonomi dan lapangan kerja serta pelestarian/pemanfaatan
sumberdaya alam. Peternak yang tangguh, mandiri dan profesional dicirikan
peternak yang selalu mengikuti perkembangan iptek serta berpegang pada prinsip
efisiensi dan mampu untuk tidak tergantung pada perlindungan/bantuan pemerintah
tapi mampu berkompetisi secara sehat dan senantiasa siap menghadapi resiko
usaha. Sumberdaya manusia peternakan adalah seluruh sumberdaya manusia yang
terkait dengan dunia peternakan baik secara langsung maupun tidak langsung
seperti peternak, pengusaha yang bergerak dibidang peternakan (budidaya,
obat-obatan, pakan dan sebagainya), peneliti serta mahasiswa bidang peternakan
yang merupakan potensi besar untuk pengembangan peternakan di masa mendatang.
Peningkatan kualitas hasil-hasil pembangunan peternakan sangat tergantung
kepada kualitas sumberdaya manusianya melalui pendidikan formal dan informal. Manusia memerlukan bahan pangan untuk menunjang kelangsungan hidupnya
sehari-hari. Bahan pangan yang diperlukan oleh manusia tersebut dapat
bermanfaat untuk membangun sel-sel tubuh dan menjaga tubuh agar tetap sehat,
aktif dan produktif. Karena bahan pangan merupakan bahan yang mengandung sumber
karbohidrat, protein, lemak, mineral, dan vitamin serta dapat membuat manusia
tumbuh dan berkembang, mampu beraktivitas dan memelihara kondisi tubuh. Sumber
pangan tersebut dapat berasal dari hewani yang terdapat pada bidang peternakan.
1.2. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan
makalah ini adalah sebagai syarat dan tugas mengikuti Ujian Akhir Semester (UAS) Pengantar Ilmu dan Industri
Peternakan,serta untuk mengetahui prospek dimasa mendatang di bidang peternakan dan
pentingnya bidang peternakan bagi kehidupan di masyarakat.
1.3. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui
seberapa besar prospek ke depan dalam bidang peternakan dan apa saja pentingnya
ilmu peternakan dimasa mendatang.
1.4. Tinjauan Pustaka
Pembangunan pertanian jangka pendek
tahun 2005-2009 mempunyai tiga sasaran,yakni meningkatkan ketahanan pangan,kesejahteraan
petani dan pengembangan agribisnis Ketiga sasaran programini sesuai dengan
permasalahan yang dihadapi di dalam negeri, antara lain kejadian rawan pangan
yang semakin meluas, sebanyak 40 juta orang hidup dalam kemiskinan,dan
Perkembangan agribinis yang belum mampu membangun daya saing yang tinggi dan
gagal memanfaatkan keunggulan komparatif yang dimiliki. Pada sisi lain,
konsumsi
pangan
sebagian masyarakat yang berpendapatan menengah dan tinggi terus mengalami pertumbuhan.
Indonesia terpaksa mengimporkomoditas pangan dalam jumlah relatif besar seperti
beras, jagung, kedelai, daging dan
susu
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Khusus subsektor peternakan yang
selama
ini kurang mendapat perhatian karenapemerintah lebih fokus pada usaha
peningkatan beras, mulai menggigit perekonomian nasional. Populasi ternak utama
seperti sapi,kerbau dan kambing mengalami pengurasanyang terus meningkat setiap
tahun. Pengurasan berkelanjutan ini mulai mengancam keberlanjutan produksi
hasil ternak dalam negeri,sehingga jumlah impor terus meningkat.Statistik
Peternakan pada BPS (2006) memperlihatkan
bahwa
65 persen produksi daging dalam negeri berasal dari impor. Hal ini
diperlihatkan oleh peningkatan impor ayam broiler dan jumlah sapi bakalan yang
akan digemukan dalam negeri yang telah mencapai angka fantastis yakni 450 ribu
ekor. Dengan ketergantungan kepada ternak impor serta impor bahan baku pakan,
sebenarnya Indonesia hanya mendapat nilai tambah dari tenagakerja.Pertumbuhan
ekonomi Indonesia diramalkan akan terus meningkat pada tahuntahun mendatang,
dan pertumbuhan ini akan memacu peningkatan konsumsi. Sektor produksi pertanian
khususnya subsektor peternakan harus melakukan antisipasi peningkatan konsumsi tersebut, terutama untuk
menghindarkan pengurasan cadangan devisa untuk impor daging dan susu, kendati
pemerintah sudah menetapkan bahwa Indonesia akan mencapai kecukupan (bukan
swasembada)daging pada tahun 2010. Namun demikian, Indonesia masih belum mampu
merumuskan arah pembangunan peternakan sehingga efektivitas programprogram pembangunan
peternakan tidak belumjelas ke mana arahnya. Dalam kaitan itu khusus untuk
subsektor peternakan, perlu dilahirkan suatu gagasan tentang peternakan masa
depan dan langkah-langkah yang dibutuhkan untuk memujudkannya.
Peternakan tidak henti-hentinya
mendapatkan masalah, diantaranya munculnya penyakit flu burung, anthrax,
penyelundupan Meat Bone Meal (MBL) dan daging, serta semakin meningkatnya
harga-harga jagung dan kedelai di pasar Internasional yang menjadi bahan baku
pakan. Masalah-masalah tersebut dapat mengganggu kinerja sub sektor peternakan.
Maka dari itu permasalah ini adalah bagaimana cara untuk mengatasi Supply-demand
produk hasil ternak, bagaimana peluang bidang peternakan di Indonesia,
peluang dan tantangan peternakan di Indonesia, serta tantangan masa depan
pembangunan peternakan.
Indonesia adalah negara kepulauan dengan 14.000 pulau dan
populasi penduduk sebanyak 223 juta jiwa pada tahun 2006. Pertanian berperan
penting dalam perekonomian Indonesia, terutama dalam menyediakan lapangan kerja
dan sumber pendapatan masyarakat di pedesaan. Pada tahun 2002 pendapatan dari
upah pertanian dan usahatani merebut pangsa 43% dari pendapatan keluarga, dan
duapertiga dari total kesempatan kerja di pedesaan. Ditinjau dari potensi
sumberdaya alam, selayaknya Indonesia mampu memenuhi kebutuhan pangan asal
ternak sendiri dan malahan berpotensi menjadi negara pengekspor produk
peternakan. Namun demikian, pembangunan budidaya
ternak di Indonesia masih belum berhasil dalam memenuhi sebagian dari kebutuhan
dalam negeri, termasuk rentan terhadap serangan penyakit hewan berbahaya.
Sekarang Indonesia masih mengimpor sapi hidup sebesar 30% dan produk susu
sebesar 75% dari kebutuhan konsumsi dalam negeri. Impor ternak hidup dan daging
sapi semakin meningkat akibat populasi ternak sapi mengalami kemerosotan dalam
dua dekade terakhir, diiringi dengan penurunan populasi kerbau yang cukup tajam
dari 3,6 juta ekor menjadi 2,4 juta ekor.
Berbagai masalah pengembangan
peternakan yang dihadapi di Indonesia, antara lain: rendahnya produktivitas,
penyakit, manajemen, modal dan kelembagaan serta sosial-ekonomi peternakan.
Berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan produksi peternakan di Indonesia,
terutama untuk pengembangan ternak sapi, termasuk upaya meningkatkan mutu
genetik ternak lokal dan meningkatkan produksi ternak melalui hubungan yang
saling mendukung antara tanaman dan ternak.
Indonesia
sekarang merupakan negara pengimpor hasil ternak terutama daging sapi, ternak
hidup, dan bibit ayam ras. Ketergantungan ini sangat mempengaruhi perkembangan
peternakan dalam negeri. Impor hasil ternak yang tinggi adalah sapi bakalan
dari Australia yang cenderung terus meningkat.
Tabel 1. Konsumsi
Rata-rata per Kapita Setahun Beberapa Produk Peternakan di Indonesia, 2007-2011
No.
|
Produk Peternakan
|
Satuan
|
Tahun
|
Rata-rata Pertumbuhan
|
||||
2007
|
2008
|
2009
|
2010
|
2011
|
||||
1.
|
Daging Sapi
|
Kg
|
0.417
|
0.365
|
0.313
|
0.365
|
0.469
|
4.61
|
2.
|
Daging ayam ras
|
Kg
|
3.441
|
3.233
|
3.076
|
3.546
|
4.328
|
6.60
|
3.
|
Daging ayam kampung
|
Kg
|
0.678
|
0.574
|
0.521
|
0.626
|
0.626
|
-1.12
|
4.
|
Telur ayam ras
|
Kg
|
6.101
|
5.788
|
5.840
|
6.726
|
6.622
|
2.35
|
5.
|
Telur ayam kampung
|
Butir
|
5.110
|
4.171
|
3.650
|
3.702
|
3.754
|
-7.01
|
6.
|
Telur itik
|
Butir
|
3.024
|
3.129
|
2.868
|
2.503
|
2.816
|
-1.28
|
7.
|
Susu kental manis
|
(397 gr)
|
3.546
|
3.181
|
3.024
|
3.337
|
3.285
|
-1.61
|
8.
|
Susu bubuk
|
Kg
|
0.886
|
0.782
|
0.730
|
0.782
|
0.730
|
-4.49
|
Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional
(www.deptan.go.id/Indikator) dengan pengambilan data seperlunya.
Berdasarkan data konsumsi dan produksi
hasil peternakan di atas, maka timbul pertanyaan sebaiknya seperti apa
peternakan Indonesia masa depan?. Bentuk gagasan peternakan harus dapat
menjawab beberapa tantangan yang dihadapi saat ini dan masa yang akan datang.
Gagasan itu antara lain memberikan dukungan pada persediaan pangan dalam
negeri, memberikan dukungan besar bagi perkembangan industri peternakan
dan pembudidayaanya, serta memanfaatkan keunggulan Sumber Daya Alam dan Sumber
Daya Manusia yang ada sehingga mempunyai daya saing dalam pasar global.
Industri peternakan masa depan harus
juga mempunyai pemahaman dan selalu tanggap terhadap perubahan global, antara
lain perubahan iklim, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, jaminan produksi
peternakan yang bermutu, dan perkembangan pasar dan ekonomi global.
1.5 Rumusan Masalah
2.1 Apa peran pemerintah dalam
prospek peternakan mendatang ?
2.2 Bagaimana penelitian prospek
mendatang dalam peternakan ?
2.3 Bagaimana tentang hasil dan
perkembangan untuk mengembangkan peternakan ?
2.4 Bagaimana pengembangan bisnis
peternakan dimasa mendatang ?
2.5 Bagaimana prospek kedepan sektor
peternakan ?
2.6 Apa saja yg menjadi peluang
tambahan dalam sektor peternakan dimasa mendatang ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Peran Pemerintah dalam prospek
mendatang
Peran
pemerintah adalah memberikan pelayanan sedemikian rupa sehingga mekanisme pasar
dapat bekerja. Menggerakan mekanisme pasar khususnya dalam pembangunan
peternakan dalam negeri tampaknya kurang berhasil, hal tersebut terlihat pada
bentuk pasar yang masih tradisional. Ada langkah tiga langkah strategis
pelayanan yang harus dilakukan pemerintah.
Pertama,
memperlakukan ternak sebagai sumberdaya. Dalam pengertian bahwa ternak dapat
punah dan tidak bisa dipulihkan jika ternak habis terpakai. Karena itu
pemerintah harus berupaya keras mempertahankan dan mengembangkan sumberdaya
sebagai sumber pertumbuhan produksi da-ging, susu dan telur.
Kedua,
menyediakan infrastruktur industri peternakan yaitu
(a)
Infrastruktur untuk memproduksi Hijauan Makanan Ternak (HMT).
(b) Infrastruktur untuk pemanfaatan
lahan dan air
Ketiga, melakukan usaha penggendalian
penyakit ternak, antara lain menjaga kesehatan ternak dan mencegah penularan
penyakit di antara ternak dan manusia, serta pengendalian penyakit ternak pada
masa mendatang meru-pakan isu yang sangat penting dalam perdagangan hasil
peternakan dunia.
Tiga langkah strategis diatas sangat potensial untuk
mengembangkan industri peternakan Indonesia.
2.2 Penelitin prospek peternakan
mendatang
Peran
penelitian peternakan memiliki peranan penting untuk pengembangan industri
peternakan indonesia. Disamping sebagai tempat menaruh harapan munculnya
penemuan-penemuan baru, penelitian peternakan juga berfungsi untuk menjaga
kualitas produk peternakan yang dipasarkan sehingga mutu produk hasil
peternakan tetap terjamin keamananya. Sehingga semakin banyak peluang usaha yang akan datang
dalam masa mendatang dalam sektor peternakan .
2.3 Hasil dan Perkembangan di
peternakan
Berdasarkan data konsumsi dan produksi
hasil peternakan di atas, maka timbul pertanyaan sebaiknya seperti apa
peternakan Indonesia masa depan?. Bentuk gagasan peternakan harus dapat
menjawab beberapa tantangan yang dihadapi saat ini dan masa yang akan datang.
Gagasan itu antara lain memberikan dukungan pada persediaan pangan dalam
negeri, memberikan dukungan besar bagi perkembangan industri peternakan
dan pembudidayaanya, serta memanfaatkan keunggulan Sumber Daya Alam dan Sumber
Daya Manusia yang ada sehingga mempunyai daya saing dalam pasar global.
Industri peternakan masa depan harus juga mempunyai
pemahaman dan selalu tanggap terhadap perubahan global, antara lain perubahan
iklim, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, jaminan produksi peternakan yang
bermutu, dan perkembangan pasar dan ekonomi global.
2.4 Pengembangan bisnis peternakan
dimasa mendatang
Pengembangan bisnis peternakan
mempunyai tantangan yang cukup besar akibat perubahan ekonomi ke depan.
Melambatnya pertumbuhan ekonomi yang berakibat pada penurunan daya beli perlu
dinatisipasi. Adanya liberalisasi perdagangan dunia yang akan meminimumkan restriksi
perdagangan antar negara menimbulkan persaingan ketat antar negara di pasar
dalam negeri maupun pasar internasional. Salah satu cara yang tepat untuk dapat
menang dalam persaingan adalah melalui peningkatan dayasaing, baik dari sisi
permintaan (demand) maupun dari sisi penawaran (supply).
Dari sisi permintaan, harus disadari
bahwa permintaan konsumen terhadap suatu produk semakin kompleks yang menuntut
berbagai atribut atau produk yang dipersepsikan bernilai tinggi oleh konsumen (consumer’s
value perception). Jika dimasa lalu konsumen hanya mengevaluasi produk
berdasarkan atribut utama yaitu jenis dan harga, maka sekarang ini dan dimasa
yang akan datang, konsumen sudah menuntut atribut yang lebih rinci lagi seperti
atribut keamanan produk (safety attributes), atribut nutrisi (nutritional
attributes), atribut nilai (value attributes), atribut pengepakan
(package attributes), atribut lingkungan (ecolabel attributes) dan
atribut kemanusiaan (humanistic attributes). Bahkan aspek animal
welfare yang menjadi persyaratan baru. Sedangkan dari sisi penawaran,
produsen dituntut untuk dapat bersaing berkaitan dengan kemampuan merespons
atribut produk yang diinginkan oleh konsumen secara efisien.
Bisnis peternakan mempunyai peranan
yang besar terhadap perekonomian nasional, namun tidak dapat dielakkan bahwa
komoditas ini sering mengalami permasalahan-permasalahan yang menghambat
pengembangannya baik secara makro maupun mikro, diantaranya pertama,
kurang tersedianya bahan baku, sehingga Indonesia masih harus mengimpor yang
menyebabkan biaya produksi relatif tinggi. Kedua, iklim investasi
(misalnya ekonomi biaya tinggi, proses perijinan yang lama dan berbelit,
kurangnya sarana dan prasarana jalan dan transportasi, tidak adanya penegakan
hukum yang ketat) belum kondusif bagi para investor. Ketiga, kenaikan
harga BBM yang menyebabkan meningkatnya biaya produksi hasil peternakan. Keempat,
krisis finansial global mengakibatkan adanya penurunan daya beli. Kelima,
kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang relatif rendah. Keenam,
keterbatasan modal sehingga menghambat pengembangan usaha. Ketujuh,
mewabahnya penyakit yang berkembang di beberapa daerah.
Last but not the least, pola masyarakat Indonesia selama ini
masih terlalu bersandar kepada pangan nabati, khususnya beras yang
diindikasikan oleh tingginya starchy staple ratio sebesar 63 persen. Disamping
itu, kita masih punya ruang untuk enlarging the pies (memperbesar pangsa pasar
produk-produk peternakan). Tingkat konsumsi protein hewani asal ternak
masyarakat Indonesia masih di bawah rekomendasi Widyakarya Nasional Pangan dan
Gizi, yaitu sebesar 6 gr/kap/hari. Saat ini pencapaian untuk daging adalah 3.35
gr/kap/hari, telur 1.77 gr/kap/hari dan susu 0.6 gr/kap/hari, total 5.72
gr/kap/hari. Upaya promosi yang sistematis perlu kita galakkan bersama. Di
berbagai lokasi strategis perlu ada iklan-iklan yang mendidik (misalnya “Apakah
Anda telah memakan daging dan telur yang cukup hari ini?”) yang mengingatkan
tentang pentingnya protein hewani untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia
Indonesia ke depan. Jika tidak, Human Development Index (HDI) kita tetap saja
di bawah negara-negara tetangga kita. HDI kita pada tahun 2007/2008 berada pada
urutan 107 dari 177 negara, sementara Malaysia (peringkat 63), Singapura (25),
Thailand (78), Brunei (30), dan bahkan Vietnam berada pada peringkat yang lebih
baik dari kita (105).
2.5 Propek di sektor peternakan mendatang
Dalam jangka panjang tidaklah dapat
dipungkiri bahwa permintaan terhadap komoditas-komoditas peternakan akan terus
meningkat seiring dengan adanya pertambahan penduduk, peningkatan pendapatan,
perbaikan tingkat pendidikan, urbanisasi, perubahan gaya hidup (life style) dan
peningkatan kesadaran akan gizi seimbang. Kondisi ini mencerminkan bahwa bisnis
peternakan ke depan tetap memiliki prospek pasar yang baik dan berkelanjutan.
Peran dan prospek peternakan ke
depan tetap memiliki peranan sosial dan ekonomi yang cukup signifikan walaupun
dengan laju pertumbuhan kinerja yang melambat pada tahun 2009. Hal ini terjadi
karena pertumbuhan perekonomian Indonesia pada tahun 2009 melambat yang
diakibatkan oleh adanya krisis finansial global dan tetap tingginya harga
minyak dan pangan. Masalah besar yang dihadapi terkait dengan krisis pangan,
energi dan keuangan global (global food, feed, fuel and financial crisis) atau
yang sering disebut 4F adalah (a) laju inflasi yang meningkat, (b) daya beli
masyarakat dan pada gilirannya ekonomi yang melemah akibat tingginya inflasi,
(c) neraca keuangan pemerintah yang tertekan akibat semakin besarnya subsidi
pada harga jual komoditas di pasar domestik, dan (e) pasar keuangan yang
tertekan sehubungan dengan prospek ekonomi yang menurun dan resiko investasi
yang meningkat.
Komoditas peternakan mempunyai
prospek yang baik untuk dikembangkan. Hal ini didukung oleh karakteristik
produk yang dapat diterima oleh masyarakat Indonesia. Kondisi ini menunjukkan
bahwa Indonesia merupakan pasar yang potensial bagi agrobisnis peternakan.
Beberapa peluang bisnis dalam mengembangkan agribisnis peternakan diantaranya adalah
pertama, jumlah penduduk Indonesia yang mencapai ± 220 juta jiwa merupakan
konsumen yang sangat besar, dan masih tetap bertumbuh sekitar 1,4 persen per
tahun. Kedua, kondisi geografis dan sumber daya alam yang mendukung usaha dan
industri peternakan. Ketiga, meningkatnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat
tentang gizi. Keempat, jika pertumbuhan ekonomi berjalan dengan baik, maka akan
meningkatkan pendapatan per kapita yang kemudian akan menaikkan daya beli
masyarakat.
Peternakan tetap mempunyai prospek
dan peluang yang baik untuk dikembangkan karena didukung oleh kondisi Indonesia
yang memiliki keunggulan kompetitif (competitive advantage) dalam komponen
biaya input untuk tenaga kerja yang relatif lebih murah dibandingkan negara
lain di ASEAN. Selain itu potensi dalam mengembangkan produksi jagung nasional
dapat mengurangi ketergantungan impor dan menurunkan biaya produksi, sehingga
mampu meningkatkan skala usaha yang optimal. Integrasi secara vertikal
(vertical integration) juga sudah mulai terlaksana dengan menerapkan pola-pola
kemitraan (contract farming), dimana peternak sudah banyak bergabung dengan
perusahaan inti sehingga jumlah pemeliharaan peternakan juga semakin meningkat
dan mampu menjaga kualitas dari hasil komoditas peternakan tersebut.
2.6 Peluang tambahan hasil peternakan ke depan
Semakin
luas prospek dan usaha dalam peternakan akan semakin membuat peternakan maju
namun dalam suatu peternakan pasti menghasilkan limbah peternakan . Limbah
ternak adalah sisa buangan dari suatu kegiatan usaha peternakan seperti usaha
pemeliharaan ternak, rumah potong hewan, pengolahan produk ternak, dan
sebagainya. Limbah tersebut meliputi limbah padat dan limbah cair seperti
feses, urine, sisa makanan, embrio, kulit telur, lemak, darah, bulu, kuku, tulang,
tanduk, isi rumen, dan lain-lain (Sihombing, 2000). Semakin berkembangnya usaha
peternakan, limbah yang dihasilkan semakin meningkat.Total limbah yang
dihasilkan peternakan tergantung dari species ternak, besar usaha, tipe usaha
dan lantai kandang. Kotoran sapi yang terdiri dari feces dan urine merupakan
limbah ternak yang terbanyak dihasilkan dan sebagian besar manure dihasilkan
oleh ternak ruminansia seperti sapi, kerbau kambing, dan domba. Umumnya setiap
kilogram susu yang dihasilkan ternak perah menghasilkan 2 kg limbah padat
(feses), dan setiap kilogram daging sapi menghasilkan 25 kg feses . Dengan
adanya itu maka limbah peternakan dapat dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan,
apalagi limbah tersebut dapat diperbaharui (renewable) selama ada
ternak. Limbah ternak masih mengandung nutrisi atau zat padat yang potensial
untuk dimanfaatkan. Limbah ternak kaya akan nutrient (zat makanan) seperti
protein, lemak, bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN), vitamin, mineral, mikroba
atau biota, dan zat-zat yang lain (unidentified subtances). Limbah
ternak dapat dimanfaatkan untuk bahan makanan ternak, pupuk organik, energi dan
media berbagai tujuan. Sebagai pakan ternak, limbah ternak kaya akan nutrien
seperti protein, lemak BETN, vitamin, mineral, mikroba dan zat lainnya. Ternak
membutuhkan sekitar 46 zat makanan esensial agar dapat hidup sehat. Limbah
feses mengandung 77 zat atau senyawa, namun didalamnya terdapat senyawa toksik
untuk ternak. Untuk itu pemanfaatan limbah ternak sebagai makanan ternak
memerlukan pengolahan lebih lanjut. Tinja ruminansia juga telah banyak diteliti
sebagai bahan pakan termasuk penelitian limbah ternak yang difermentasi secara
anaerob. Pemanfaatan limbah usaha peternakan terutama kotoran ternak sebagai
pupuk organik dapat dilakukan melalui pemanfaatan kotoran tersebut sebagai
pupuk organik. Penggunaan pupuk kandang (manure) selain dapat
meningkatkan unsur hara pada tanah juga dapat meningkatkan aktivitas
mikrobiologi tanah dan memperbaiki struktur tanah tersebut. Permasalahan limbah
ternak, khususnya manure dapat diatasi dengan memanfaatkan menjadi bahan yang
memiliki nilai yang lebih tinggi. Salah satu bentuk pengolahan yang dapat
dilakukan adalah menggunakan limbah tersebut sebagai bahan masukan untuk
menghasilkan bahan bakar gasbio. Kotoran ternak ruminansia sangat baik untuk
digunakan sebagai bahan dasar pembuatan biogas. Ternak ruminansia mempunyai
sistem pencernaan khusus yang menggunakan mikroorganisme dalam sistem
pencernaannya yang berfungsi untuk mencerna selulosa dan lignin dari rumput
atau hijauan berserat tinggi. Oleh karena itu pada tinja ternak ruminansia,
khususnya sapi mempunyai kandungan selulosa yang cukup tinggi. Berdasarkan
hasil analisis diperoleh bahwa tinja sapi mengandung 22.59% sellulosa, 18.32%
hemi-sellulosa, 10.20% lignin, 34.72% total karbon organik, 1.26% total
nitrogen, 27.56:1 ratio C:N, 0.73% P, dan 0.68% K .
Gasbio adalah campuran beberapa
gas, tergolong bahan bakar gas yang merupakan hasil fermentasi dari bahan
organik dalam kondisi anaerob, dan gas yang dominan adalah gas metan (CH4)
dan gas karbondioksida (CO2) (Simamora, 1989). Gasbio memiliki nilai
kalor yang cukup tinggi, yaitu kisaran 4800-6700 kkal/m3, untuk gas
metan murni (100 %) mempunyai nilai kalor 8900 kkal/m3. Produksi
gasbio sebanyak 1275-4318 I dapat digunakan untuk memasak, penerangan,
menyeterika dan mejalankan lemari es untuk keluarga yang berjumlah lima orang
per hari.
Pembentukan gasbio dilakukan
oleh mikroba pada situasi anaerob, yang meliputi tiga tahap, yaitu tahap
hidrolisis, tahap pengasaman, dan tahap metanogenik. Pada tahap hidrolisis
terjadi pelarutan bahan-bahan organik mudah larut dan pencernaan bahan organik
yang komplek menjadi sederhana, perubahan struktur bentuk primer menjadi bentuk
monomer. Pada tahap pengasaman komponen monomer (gula sederhana) yang terbentuk
pada tahap hidrolisis akan menjadi bahan makanan bagi bakteri pembentuk asam.
Produk akhir dari gula-gula sederhana pada tahap ini akan dihasilkan asam
asetat, propionat, format, laktat, alkohol, dan sedikit butirat, gas
karbondioksida, hidrogen dan amoniak.
Model pemroses gas bio yang
banyak digunakan adalah model yang dikenal sebagai fixed-dome. Model ini banyak
digunakan karena usia pakainya yang lama dan daya tampungnya yang cukup besar.
Meskipun biaya pembuatannya memerlukan biaya yang cukup besar.
Untuk mengatasi mahalnya
pembangunan pemroses biogas dengan model feixed-dome, tersebut sebuah
perusahaan di Jawa Tengah bekerja sama dengan Balai Pengkajian dan Penerapan
Teknolgi Ungaran mengembangkan model yang lebih kecil untuk 4-5 ekor ternak,
yang siap pakai, dan lebih murah karena berbahan plastic yang dipendam di dalam
tanah.
Di perdesaan, gasbio dapat
digunakan untuk keperluan penerangan dan memasak sehingga dapat mengurangi
ketergantungan kepada minyak tanah ataupun listrik dan kayu bakar. Bahkan jika
dimodifikasi dengan peralatan yang memadai, biogas juga dapat untuk
menggerakkan mesin.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Mengingat pentingnya protein hewani asal ternak
(daging, susu dan telur) bagi manusia, maka konsumsi produk ternak semestinya
dipacu menuju tingkat konsumsi ideal. Protein hewani asal ternak memiliki
komposisi asam amino yang lengkap dan dibutuhkan tubuh. Karena itu, langkah
mengurangi konsumsi daging dan telur agaknya bukanlah langkah bijak. Tidak
tepat konsumen ragu memakan daging dan telur ayam yang diolah secara benar
meskipun wabah flu burung hingga kini belum berhasil diberantas dengan tuntas.
Konsumsi protein hewani penduduk Indonesia harus dipacu kearah ideal untuk
mewujudkan SDM yang cerdas, kreatif, produktif dan sehat. Dengan tersedianya
pangan hewani bergizi tinggi pada tingkat rumahtangga petani maka diharapkan
ketahanan pangan dapat terjadi pada tingkat rumahtangga sehingga kasus
malnutrisi dapat dicegah secara sistematis. Selain itu, yang tidak kalah
penting adalah peranan ternak dan produk peternakan sebagai sumber pendapatan
dan sumber lapangan kerja yang efektif dalam pengentasan kemiskinan di
perdesaan. Dan juga limbah usaha peternakan berpeluang mencemari lingkungan
jika tidak dimanfaatkan. Namun memperhatikan komposisinya, kotoran ternak masih
dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan, media pertumbuhan cacing, pupuk
organik, gas bio, dan briket energi.Pemanfaatan limbah ternak akan mengurangi
tingkat pencemaran lingkungan baik pencemaran air, tanah, maupun udara.
Pemanfaatan tersebut juga menghasilkan nilai tambah yang bernilai ekonomis.
Maka sebagai bangsa yang memiliki cukup banyak peternakan marilah kembangakan
peternakan untuk masa mendatang.
“Negara yang kaya dengan ternak
tidak akan pernah miskin. Negara yang miskin dengan ternak tidak akan pernah
kaya”
3.2
Saran
Sebagai
mahasiswa terutama mahasiswa peternakan perlu mengembangkan peternakan .
Pengembangan tersebut dapat dikembangkan dengan menciptakan suatu kreatifitas
dan inovasi dalam bidang peternakan sehingga prospek peternakan dimasa
mendatang semakin luas.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Bamualim M. 2007. Produksi Peternakan Di Indonesia:
Potensi dan
Kendala. Bogor 16151 : Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan.
Soehadji . 1992 . Kebijakan Pemerintah dalam Industri dan Penanganan Limbah Peternakan . Jakarta : Direktorat Jenderal
Peternakan , Departemen Pertanian .
Widodo,
Asari dan Unadi . 2005. Pemanfaatan
Energi Biogas untuk Mendukung Agribisnis
di Pedesaan . Serpong : Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian
Serpong.
Yusmichad,Yusdja dan Ilham Nyak. 2007. Suatu Gagasan Tentang Peternakan
Masa Depan dan
Strategi Mewujudkannya.Pusat Analisis Sosial Ekonomi Pertanian Jalan
A. Yani No.70 Bogor 16161
http://teknonature.blogspot.com/2012/12/prospek-peternakan-di-masa-depan.html